8 Game Populer yang Dilarang Resmi di Berbagai Negara, Ada yang Karena Alasan Tak Terduga!

Game Populer - Bayangkan, game yang sedang Anda mainkan bisa menjadi barang haram dan ilegal di negara lain hanya karena satu misi atau satu karakter tertentu. Fakta mengejutkan menunjukkan bahwa pada 2023 saja, lebih dari 15 game populer dilarang secara resmi di berbagai negara, menyebabkan kerugian hingga miliaran rupiah bagi developer. Menurut riset terbaru, 68% game AAA pernah mengalami kontroversi yang berujung pada pembatasan peredaran.

Game Populer yang Resmi Dilarang di Berbagai Negara

8 Game Populer yang Dilarang Resmi di Berbagai Negara, Ada yang Karena Alasan Tak Terduga!
8 Game Populer yang Dilarang Resmi di Berbagai Negara, Ada yang Karena Alasan Tak Terduga!

4 Pertimbangan Utama Pemerintah dalam Melarang Game

Larangan ini tidak datang tanpa alasan. Umumnya, pemerintah negara memiliki empat pertimbangan utama:

  • Politik: Seperti distorsi sejarah atau pelanggaran kedaulatan.
  • Agama: Konten yang dianggap menista atau bertentangan dengan ajaran agama.
  • Moral: Kekerasan grafis, seksualitas, dan konten dewasa lainnya.
  • Keamanan Nasional: Kekhawatiran mod atau cerita game memicu tindak kriminal nyata atau menjadi propaganda.

Dalam artikel ini, kami akan mengupas tuntas 7 dari 15 game yang menjadi korban pelarangan global. Dari Grand Theft Auto yang legendaris hingga Football Manager yang tak terduga—simak analisis lengkap beserta status terbaru larangannya!

Baca juga : 3 Game Android Penghasil Bitcoin terbukti membayar 

I. Raja Kontroversi: Game yang Dilarang Karena Kekerasan dan Seksualitas

1. Grand Theft Auto (GTA) Series

Grand Theft Auto (GTA) series layak dinobatkan sebagai raja kontroversi dalam dunia game. Franchise yang menjadikan kriminalitas sebagai gameplay utamanya ini telah memicu kemarahan pemerintah di berbagai penjuru dunia.

  • Thailand:
    GTA V dilarang beredar setelah beredarnya mod yang mengubah setting game menjadi kota Bangkok, dikhawatirkan menginspirasi tindak kriminal.
  • Australia:
    Sempat menolak merilis GTA IV dan V karena mengandung adegan kekerasan seksual dan memberikan reward kepada pemain yang mengunjungi lokalisasi pelacuran.
  • Uni Emirat Arab:
    Dilarang karena dianggap mendorong pemainnya menggunakan narkoba dan mengganggu ketertiban sosial.
  • Skandal "Hot Coffee" (GTA:
    San Andreas): Kontroversi paling terkenal, di mana mod tersembunyi membuka akses ke mini-game seks. Badan rating ESRB Amerika mengubah rating game dari M (Mature) menjadi AO (Adults Only), praktis membuat game ditarik dari peredaran.

Status Terbaru:
Meskipun dilarang di beberapa negara, franchise GTA tetap menjadi yang terlaris sepanjang masa. Larangan ini justru menciptakan pasar gelap (grey market) yang signifikan, di mana pemain membeli game secara impor atau melalui akun digital region lain. Rockstar Games sendiri tampaknya tidak terlalu terpengaruh dan tetap mempertahankan konten kontroversial dalam sekuel-sekuel berikutnya.

Dampak Larangan: Larangan terhadap GTA justru seringkali menjadi promosi gratis yang meningkatkan ketertarikan dan penjualan secara global. Kasus "Hot Coffee" juga membuat industri game lebih berhati-hati, memperkuat sistem rating ESRB dan PEGI untuk mencegah konten tersembunyi.

2. Left 4 Dead 2

Game zombie buatan Valve ini menghadapi sensor ketat karena tingkat kekerasan grafis yang ekstrem.

  • Australia dan Jerman:
    Menolak izin edar karena adegan pemenggalan kepala, pembedahan tubuh, dan kekerasan berdarah-darah.
  • Solusi Developer:
    Valve merilis versi censored khusus untuk kedua negara tersebut, di mana kekerasan paling grafis dihilangkan, darah dikurangi signifikan, dan mayat zombie langsung menghilang.

II. Konten Sensitif Geopolitik: Game yang Dilarang Karena Distorsi Sejarah dan Invasi

3. Call of Duty (CoD) Series

Call of Duty, franchise game perang paling populer di dunia, juga tak luput dari larangan.

Misi "No Russian" (Modern Warfare 2, 2009): Memungkinkan pemain ikut serta dalam pembantaian warga sipil di bandara, memicu kemarahan global, terutama dari pemerintah Rusia.

Catatan: Kontroversi ini justru menjadi bumerang, di mana Modern Warfare 2 mencetak rekor penjualan fantastis. Developer akhirnya memberikan opsi untuk melewati misi kontroversial tersebut.

Kuba dan Vietnam: Seri Black Ops dilarang karena dianggap mendistorsi sejarah perang dan menggambarkan pemimpin mereka secara negatif.

Status Terbaru:
Larangan-larangan klasik untuk seri Modern Warfare 2 dan Black Ops masih berlaku hingga sekarang. Namun, Activision belajar dari kesalahan ini. Dalam seri Call of Duty: Modern Warfare (2019) yang reboot, mereka menghindari penggambaran negara spesifik sebagai antagonis mutlak, dan lebih fokus pada konflik dengan organisasi teroris fiksi untuk menghindari kontroversi geopolitik.

Dampak Larangan:
Dampak paling jelas adalah pembatasan akses di pasar-pasar potensial seperti Rusia dan Kuba. Namun, secara komersial, dampaknya minimal karena penjualan di Amerika Utara dan Eropa tetap sangat dominan. Kontroversi "No Russian" justru menjadi moment marketing yang tak terduga, membuat semua orang membicarakan game tersebut.

4. Battlefield Series

Battlefield menghadapi masalah pelarangan yang kompleks, berfokus pada narasi konflik langsung dengan negara adidaya.

Iran (Battlefield 3): Dilarang karena menampilkan misi "Thunder Run" di mana pemain berperan sebagai tentara Amerika yang menginvasi kota Tehran. Pemerintah Iran mengutuknya sebagai bentuk perang psikologis.

China (Battlefield 4): Bereaksi keras dan memblokir game tersebut karena kampanye yang berfokus pada "Perang Dingin 2.0" melawan China, termasuk misi yang mengharuskan pemain membunuh figur yang mirip mantan pemimpin China.

5. Football Manager 2005

Game manajemen sepakbola ini membuktikan bahwa sensitivitas politik bisa muncul dalam genre apa pun.

China: Dilarang keras karena pelanggaran kedaulatan negara. Dalam database game, Tibet dan Taiwan tercantum sebagai negara merdeka yang terpisah dari China, bertolak belakang dengan kebijakan One-China.

Dampak: Pemerintah China memblokir seluruh seri Football Manager berikutnya hingga bertahun-tahun kemudian.

III. Larangan Berbasis Agama dan Budaya

6. Pokemon Franchise

8 Game Populer yang Dilarang Resmi di Berbagai Negara, Ada yang Karena Alasan Tak Terduga!

Pokemon justru dilarang karena alasan agama dan budaya.

  • Arab Saudi: Dewan fatwa setempat resmi melarang semua produk Pokemon pada tahun 2001.
  • Alasan: Adanya simbol salib dan Bintang Daud yang dianggap mewakili Zionisme.
  • Konsep evolusi yang bertentangan dengan ajaran agama.
  • Kartu Pokemon dianggap mendorong praktik perjudian di kalangan anak-anak.
  • Negara Lain: Larangan serupa juga terjadi di beberapa negara Muslim lainnya seperti Uni Emirat Arab dan Qatar.

Status Terbaru:
Larangan di Arab Saudi secara teknis masih berlaku, namun seiring dengan globalisasi dan perubahan generasi, enforcement-nya tidak lagi ketat. Produk-produk Pokemon seperti mainan dan kartu game bisa ditemui, dan akses ke game digital relatif lebih mudah. Pokemon GO sempat bisa didownload di negara tersebut sebelum akhirnya diblokir lagi oleh penyedia layanan.

Dampak Larangan:
The Pokemon Company kehilangan akses ke pasar yang sangat kaya. Namun, dampak finansialnya tidak signifikan karena kesuksesan global brand tersebut. Larangan ini justru menjadi studi kasus unik tentang bagaimana produk budaya pop suatu negara (Jepang) dapat berhadapan dengan nilai-nilai agama dan budaya yang berbeda.

7. Atomic Heart (2023)

Game first-person shooter yang terinspirasi oleh BioShock ini langsung diterpa badai kontroversi tak lama setelah peluncurannya. Larangan dan boikot terhadap Atomic Heart terutama digaungkan oleh Ukraina. Pemerintah Ukraina secara resmi menyerukan pelarangan game ini di banyak negara Barat dengan tuduhan bahwa pendanaan dan hasil penjualan game dapat digunakan untuk mendanai perang Rusia di Ukraina. 

Kekhawatiran ini muncul karena sang developer, Mundfish, berkantor pusat di Moskow dan diduga menerima dana dari perusahaan yang terkait dengan pemerintah Rusia.

Status Terbaru: Meskipun tidak dilarang secara resmi oleh pemerintah besar seperti AS atau Uni Eropa, game ini mengalami boikot massal dari komunitas game global. Toko-toko digital seperti Steam Store Ukraina memblokir penjualannya. Hingga saat ini, Mundfish masih membantah tuduhan tersebut, namun bayangan kontroversi politik masih melekat kuat pada game tersebut.

8. Hogwarts Legacy (2023)

Sebagai game RPG yang ditunggu-tunggu para penggemar Harry Potter, Hogwarts Legacy justru harus menghadapi gelombang boikot sebelum bahkan dirilis. Larangan dan boikot ini bersifat global dan berasal dari komunitas, bukan pemerintah, sebagai bentuk protes terhadap pemilik IP Harry Potter, J.K. Rowling. Rowling dituduh oleh komunitas LGBTQ+ memiliki pandangan transfobia yang ia sampaikan melalui media sosial. Akibatnya, banyak kelompok dan individu yang memboikot game ini agar royalti tidak mengalir kepada Rowling.

Status Terbaru:
Hogwarts Legacy tidak dilarang secara resmi oleh negara mana pun, tetapi menjadi salah satu game paling kontroversial secara sosial di tahun 2023. Menariknya, kontroversi ini nyaris tidak mempengaruhi kesuksesan komersialnya. Game ini justru mencetak rekor penjualan fantastis, membuktikan bahwa kadang kontroversi sosial tidak sebanding dengan daya tarik sebuah waralaba yang sangat dicintai.

Kesimpulan: Dinamika Kompleks Industri Game Global

Dari berbagai kasus pelarangan game ini, kita bisa melihat pola yang menarik. Game-game dengan konten politik cenderung dilarang oleh pemerintah yang merasa dirugikan oleh narasi dalam game. Sementara game dengan konten kekerasan ekstrem lebih sering menghadapi kendala dari badan rating. Yang tak kalah penting, alasan agama dan budaya menjadi faktor utama di negara-negara dengan tradisi keagamaan yang kuat.

Larangan ini membuka diskusi penting tentang batasan antara kebebasan berekspresi developer dengan penghormatan terhadap nilai-nilai lokal dan kedaulatan negara. Dinamika kompleks inilah yang terus mewarnai industri game global, di mana kreativitas harus bertemu dengan regulasi pemerintah di berbagai belahan dunia.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar